Rabu, 05 Mei 2010

PENALARAN INDUKTIF BAHASA INDONESIA 2

PENALARAN INDUKTIF
BAHASA INDONESIA 2

DISUSUN OLEH
AGUS SURONO (10207062)
DEBY TRIANA ARDI (10207262)
DWIGUNO AJI PAMUNGKAS (10207370)
EKO SETYAWAN (10207391)
JONI SAPUTRA (11207452)
TOMMY WAHYU P.U (11207105)


3EA03







UINIVERSITAS GUNADARMA
2010
Definisi penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
PENGERTIAN ANALOGI
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.
Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan, dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi kesimpulannya berlaku partikular.

MACAM – MACAM ANALOGI
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan
Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi, seperti:
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.
Contoh:
a.Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b.Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c.Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d.Sarto adalah anak pak Sastro
Sartoanak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal, konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, partikular maupun universal. Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premis-premisnya. Tiga anak Pak Sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.
Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang di kenal.
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.
Analogi Noninduktif (analogilogis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kalimat tersebut sama maknanya dengan “Semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b.“Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimat tersebut tidak sama dengan “Semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.
Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “Hanya….yang…”, namun analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifa tempiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat di diskonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argumen deduktif dapat di nilai benar salahnya dengan mengacu pada bentuk logis tertentu atau definisi istilah yang di gunakan. Oleh karena itu, analogi ini dapat disebut
CARA MENILAI ANALOGI
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1.Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang di analogikan.
Semakin besar atau semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar pula tarap ketrpercayaannya.
2.Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi.
3.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4.Mempertimbangkan unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur2 yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.
5.Relevan atau tidaknya masalah yang di analogi. Bila tidak relevan analogi tidak akan kuat dan bisa gagal.
KESESATAN ANALOGI
Kesesatan dalam analogi bisa terjadi karena kita terlalu cepat menarik konklusi, sedangkan fakta yang di jadikan dasar tidak cukup mendukung konklusi tersebut atau terlalu sedikit. Kemudian terjadi karena Kecerobohan dan Prasangka.
Contoh:
1.Seorang pria bertemu seorang gadis Solo di pesta, kemudian di sebuah toko dia bertemu seorang gadis solo yang lain, sewaktu melihat pentas dia melihat seorang gadis solo menari. Ketiga gadis itu sama-sama luwes. Lalu dia beranggapan “Semua gadis Solo luwes”.
2.“Saya pernah di keraton Surakarta , saat Sri Susuhunan berulang tahun. Saya melihat lima belas gadis, semua berkebaya dan cantik. Memang semua gadis Surakarta itu berkebaya dan cantik ”.
3.Seorang pemuda luar pulau menikahi gadis Solo dan membawanya pulang kampung. Ibunya berkata, “Istrimu kalau bicara seperti penjual ayam di pasar?”, jawab pemuda tersebut “Ah, itu karena ibu kalau bicara keras-keras sehingga ia kira ibu kurang pendengaran”. Suatu saat ibunya berkata, “Istrimu jalannya kok seperti di kejar maling?”, “Ah, itu karena ibu selalu membuat dia terkejut dan ketakutan”.
Selain ketiga hal tersebut diatas, analogi juga bisa keliru karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan. Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin, kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang di samakan itu bukan masalah yang pokok.
HIPOTESIS DAN TEORI
Hipotesis.
Hipotesa sering dianggap sebagai proposisi untuk menerangkan suatu gejala alam yang belum cukup bukti. Maka istilah hipotesa sering diidentikkan dengan penjelasan prematur atau teori tentative.

Teori.
Teori dapat mempunyai berbagai pengertian, namun pada umumnya merupakan suatu konsepsi atau cara melihatnya secara mental atau idea mental berupa pernyataan secara sistematik dari prinsip-prinsip yang memformulasi hubungan yang nampak antar beberapa gejala alam yang telah diamati, atau prinsip-prinsip yang mendasari (membawahinya), yang telah diverifikasi dalam batas tertentu teori juga berimplikasi adanya cukup banyak bukti yang mendukung prinsip-prinsip umum yang telah diformulasikan yang menjelaskan bekerjanya (operation) dari suatu phenomena tertentu.
Hipotesa-Teori.
Secara simplisitik suatu teori berkembang dari suatu hipotesa yang merupakan gagasan yang sebagai akibatnya akan memprediksi suatu gejala untuk dibuktikan dengan pengamatan-pengamatan. Jika pengamatan-pengamatan itu terus menerus dapat menginyakan prediksi
tersebut maka hipotesa itu berkembang menjadi suatu teori.
Dalam kenyataannya hal ini tidak sesederhana itu, karena istilah hipotesa dan teori sering menjadi kabur.
Selanjutnya Chamberlin (1904) melihat perkembangan teori sebagai berikut:
a. Penjelasan Prematur (Premature Explanation)
b. Teori Tentative (Tentative Theory)
c. Teori yang telah diterima (Adopted Theory)
d. Teori yang Berlaku (Ruling Theory).
Kegunaan hipotesis
Kegunaan hipotesis antara lain:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Ciri-ciri hipotesis
Ciri-ciri hipotesis yang baik:
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
GENERALISASI
Generalisasi secara sederhana adalah menempatkan semua masalah setipe pada opini yang sama. Generalisasi merupakan pengungkapan opini terhadap masalah secara pragmatis, tidak mau menelaah bahwa setiap masalah belum tentu mempunyai kondisi sama alias mungkin berbeda.

Untuk sebuah opini pribadi, generalisasi sah-sah saja dan menjadi pandangan orang tersebut terhadap masalah. Namun untuk opini publik, atau opini pribadi yang dipaksakan ke publik, generalisasi menurut saya sangatlah tidak tepat.
Contoh yang simpel dan sedang marak-maraknya terjadi, meng-generalisasi bahwa selama pemerintahan Soeharto buruk. Atau malah sebaliknya semuanya baik sehingga tidak ada yang perlu diungkit-ungkit sisi buruknya lagi, apalagi Bapak tersebut sudah seda. Opini yang semacam ini adalah generalisasi, dan ini menurut saya bahaya. Opini tersebut tidak fair, dan justru menunjukan betapa tidak dewasanya penyuara opini tersebut.
Opini yang lebih fair dan mendewasakan bila melihat segalanya dari dua sisi, antara kebaikan dan keburukannya. Kita akui semua jasa-jasanya selama membangun indonesia (dan mungkin bisa dianugerahkan pahlawan?), dan di sisi yang lain memproses kasus-kasus yang melibatkannya dilanjutkan penyelidikan kepada pihak-pihak yang hidup ada saat ini.
Tampaknya bangsa ini sudah terlalu ingin menyederhanakan segalanya menjadi mudah, berpikir biner alias 1-0. Artinya kalau tidak 1, ya 0. Kalau tidak baik, ya buruk. Kalau tidak pahlawan, ya penjahat. Bukankah semua persoalan hidup ini tak bisa semata dilihat dari sudut 1-0?

Begitu pula dengan Soekarno, yang banyak dirindukan semangatnya untuk memajukan bangsa. Soekarno memang pemimpin luar biasa, sederhana dan visioner. Tapi jangan lupa, Soekarno pula yang mendefinisikan dirinya sebagai ‘aktor demokrasi terpimpin’.
Bagaimana itu bila itu berupa opini pribadi? Satu hal, itu sekali lagi sah-sah saja. Dan hanya akan menjadi penilaian lingkungan terhadap orang tersebut. Kembali masalah kedewasaan. Namun saat itu dipaksakan kepada orang lain, itulah yang menjadi kurang bijak.

Misalnya seperti ini, seorang teman sangat keukeuh untuk tidak menikah (atau ‘berhubungan’) dengan perempuan berjilbab. Alasanya, karena perempuan yang memakai jilbab belum tentu baik hatinya. Saya pun balik bertanya, apa semua orang yang tidak memaikai jilbab baik hatinya? Baik-tidak baik memang tidak ditentukan oleh jilbab semata, namun jilbab bagi seorang muslimah (yang menyakininya dengan benar) merupakan bentuk pelaksanaan syariat agama.

Generalisasi yang tidak boleh dilakukan adalah yang menyangkut dengan kepercayaan (faith) dan hukum alam (law of nature). Bahwa Risalah Tuhan itu benar, tidak perlu dibantah. Bahwa air akan mendidih di suhu 100 derajat celcius, tidak perlu dicoba untuk disentuh.
HUBUNGAN KAUSAL
Adalah suatu bentuk dan peranan baru di dalam konsepsi- konsepsi ontologikal dan logikal yang berkaitan pada perkembangan-sendiri objek.
Metode menggunakan hubungan kausal yang dikarakterisasi dalam karya Cibulka bukanlah satu-satunya yang dipakai oleh Marx.
1. Dalam penjelasan Marxian menenai kapitalismne kita dapatkan hubungan kausal digunakan dengan suatu cara yang dapat kita namakan Galilean atau Galilean-Newtonian. Ini pada hakekatnya pemahaman yang sama mengenai kausalitas yang memainkan suatu peranan khusus dan dominan dalam penjelasan Ricardo mengenai kapitalisme. Penggunaan bentuk-bentuk kausal dari jenis itu oleh Marx adalah sama dengan transendensi Marx atas pendirian kuantitatif Ricardo yang berat-sebelah.
Ricardo, misalnya, memeriksa sebab-sebab variasi-variasi nilai relatif barang-dagangan barang-dagangan; Marx mengajukan pertanyaan serupa, tetapi ia tidak berhenti hingga di situ; ia tidak terbatas di situ seperti halnya dengan Ricardo. Dalam analisis Marxian maka penjelasan Galilean mengenai kausalitas, sejauh itu ikut berperan, telah digabungkan sebagai suatu aspek subordinate (rendahan) ke dalam suatu hubungan pengertian (konteks) baru, yang sama sekali tidak dikenal ilmu pengetahuan Galilean--yaitu konsepsi monistik tentang realitas.
Secara sama Marx menyelidiki hubungan sebab-akibat dengan merujuk dari persediaan dan permintaan tidak menjelaskan apa-apa, sampai kita memastikan dasar yang menopang hubungan itu.
Tetapi, sebelum kita menyelidiki dasar dalam analisis Marxian yang menopang berlangsungnya hubungan-hubungan kausal persediaan dan permintaan itu, marilah kita menggambarkan beberapa hal lagi di mana analisis Marx beroperasi dengan hubungan sebab-akibat dalam pengertian yang senmpit dan hakekatnya adalah Galilean.
Ketergantungan kausal dari variasi-variasi kuantitatif dari satu jenis pada variasi-variasi kuantitatif satu jenis lainnya dibuktikan oleh Marx, misalnya, ketika ia berbicara tentang hubungan kuantitas uang sebagai satu alat peredaran (sirkulasi) dengan harga-harga barang-dagangan:...yang naik atau turun dalam jumlah mata-uang manakala nilai logam-logam mulia tetap konstan selalu merupakan konsekuensi (akibat), tidak pernah menjadi sebab, dari variasi-variasi harga.
Dalam hal-hal serupa Marx menganggap bahwa secarea ilmiah layaklah membuktikan ketiadaan suatu hubungan kausal. Demikianlah di dalam polemiknya terhadap Darimon Proudhonis, Marx menyinggung persoalan apakah ada sesuatu jenis hubungan kausal di antara kuantitas uang kertas dan uang logam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Proudhon.
Istilah-istilah sebab-akibat dipakai secara sangat bebas oleh Marx bagi berbagai bentuk akibat ekstra-mekanikal, bagi penamaan berbagai jenis momen-momen efektual, jenis-jenis mediasi yang sangat berbeda-beda.
Orang tidak dapat mengatakan bahwa Marx telah menggunakan hubungan sebab-akibat semata-mata untuk mengkarakterisasi permukaan fenomenal, karena ini, misalnya, dapat kita baca dalam analisisnya tentang kapitalisme:

Jumat, 19 Februari 2010

kenakalan remaja

Perilaku yang penuh dengan kebebasan seringkali mengarah pada kenakalan yang sangat mencemaskan. Sebut saja kenakalan yang menjurus pada perilaku seksual yang kurang bertanggung jawab. Sungguh mengejutkan saat menonton sebuah acara di televisi yang mengulas tentang adanya ‘Pecun’ atau perek cuma-cuma dikalangan remaja. Dengan mudahnya para remaja putri mengobral tubuh mereke pada laki-laki yang mereka inginkan tanpa dibayar sepeserpun.

Menurut mereka, mereka bukan pelacur. Karena apa yang mereka lakukan adalah karena kesenangan semata, bukan tuntutan keuangan. Istilah ‘one night stand’ atau hubungan satu malam saja pun sudah biasa terdengar. Bertemu di klab-klab malam atau bahkan di pusat perbelanjaan. Berlanjut dengan acara jalan dan kencanpun berakhir di sebuah kamar hotel.

Seringkali yang menjadi sasaran para remaja putri ini adalah pria-pria dari kalangan anak pejabat, artis terkenal atau remaja pria lain yang tergolong populer. Gaya hidup dengan pergaulan seks yang tidak bertanggung jawab juga mereka lakukan pada pacar sendiri. Dan dianggap sebagai ungkapan rasa cinta bila mereka akhirnya bisa tidur bersama.

Bila melirik sebuah tayangan film remaja, cukup mencengakan perlaku mereka di masyarakat. Film yang mengulas cukup gamblang perilaku kenakalan remaja adalah fim Virgin. Dikisahkan bagaimana tidak berharganya sebuah nilai keperawanan masa kini. Begitu mudah si remaja putri menjual kegadisannya hanya di sebuah toilet mall dengan harga sepuluh juta rupiah!. Tragisnya, uang hasil menjual kegadisan itu, hanya digunakan untuk membeli barang-barang mewah guna menunjang penampilan biar keren, biar gaul.

Karena tuntutan gaya hidup, maka kebiasaan menjual diri pun dilakukan terus menerus. Maka para pelacur beliapun banyak berkeliaran di mall-mall dengan seragam sekolah mereka. Katanya harga bisa tinggi bila masih sekolah. Sasarannya adalah om-om senang berkantong tebal. Sudah bukan rahasia lagi bila saat ini perilaku seperti ini banyak terjadi di kota-kota besar. Bukan karena tuntutan ekonomi, tapi karena tuntutan gaya hidup yang berlebihan

Sangat menyedihkan saat perilaku ini mengakibatkan tingginya anga aborsi dikalangan remaja. Karena perilaku yang tidak bertanggung jawab, maka seringkali kehamilan terjadi diluar kehendak mereka. Maklum, akibat kurangnya pengetahuan dan sikap sembrono, maka mereka cenderung tidak memakai pengaman. Sangat berbahaya mengingat hal ini menyangkut jiwa manusia dan kesehatan reproduksinya dimasa mendatang. Ketidak sadaran akan hal ini sungguh sangat mengkuatirkan.rastaman

Hal lain yang patut dikuatirkan adalah penggunaan obat terlarang yang marak beredar di pesta-pesta anak muda. Sudah biasa melihat teman-teman mereka mengkonsumsi sabu-sabu, mariyuana dan masih banyak lagi di depan mata mereka sendiri. Bahkan tidak gaul bila mereka tidak pernah mencoba sedikit rasa dari obat-obat ajaib itu.

Pernah di suatu klab, seorang teman sekolah tidak percaya ketika saya bilang saya tidak mengkonsumsi salah satu dari obat-obat kategori narkoba. Buat dia anak gaul berarti tahu rasanya, dan bukan anak gaul namanya kalau buta soal ini. Banyak dilihat kasus-kasus narkoba yang mengarah pada sifat suka mencuri atau bahkan merampok. Konsumsi narkoba memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Bila keuangan tidak mencukupi maka mereka harus mencari sumber-sumber keuangan lain yang sanggup memenuhi kebutuhan mereka. Bila meminta pada orang tua mungkin akan dicurigai, maka lebih aman bila langsung mencuri saja atau merampok orang lain. Yang penting orang tua dan keluarga tidak curiga. Dan dudah sangat umum diketahui publik bahwa saat ini, pesta selebritis selalu terkait dengan pesta narkoba, yang juga mengarah pada seks bebas dan konsumsi minuman-minuman beralkohol.

ekonomi kerakyatan

Ekonomi Kerakyatan
Made Warta
| 18 Februari 2010 | 10:53
50
8



1 dari 2 Kompasianer menilai Menarik.

Ekonomi kerakyatan sering kali dijadikan janji dan pemanis bibir oleh tokoh-tokoh politik di negeri ini. Tetapi kenyataannya ekonomi kerakyatan ini masih sebatas wacana saja. Pada saat berjanji rakyat yang mendapat prioritas, namun pada saat berkuasa, banyak yang tidak peduli terhadap penderitaan rakyat, bahkan rakyat yang dijadikan penderita. Salah satu contoh, pemadaman listrik secara bergilir sering kali menyebabkan rakyat kecil yang menderita, mulai dari kerugian materiil akibat mesin-mesin tidak dapat difungsikan, bayar upah lembur akibat pemenuhan order yang mendesak, peningkatan biaya produksi untuk membeli jenset, kerusakan alat-alat rumah tangga yang diakibatkan naik turunnya voltage dan tegangan listrik, hingga pembayaran rekening yang tidak boleh tertunggak. Sementara Bank Century yang nota bene milik konglemerat digelontor dengan dana yang besarnya waaaah dan dibela mati-matian oleh tokoh-tokoh penguasa kita. Apakah itu artinya mereka masih memperhatikan rakyat ?

Salah satu wadah ekonomi kerakyatan yang sesuai dan diamanatkan oleh undang-undang adalah Koperasi. Koperasi layak mendapat perhatian semua pihak karena sejarah membuktikan bahwa badan usaha ini memiliki kemampuan bertahan yang cukup tinggi menahan badai krisis ekonomi tahun 1998 yang lalu. Para konglemerat pada saat itu berlomba-lomba memPHK karyawannya, bahkan sampai meninggalkan hutang luar negeri yang cukup merepotkan bangsa ini. Sebaliknya koperasi justru mampu bertahan dan bahkan berkembang pada saat itu. Program-program yang berpihak kepada Koperasi dan UKM jumlahnya sangat minim dan dananya juga sangat terbatas dengan dalih memandirikan koperasi, adilkah itu…. ?

Dalam kehidupan berkoperasi, kita bisa belajar berusaha bersama, berdemokrasi, menumbuhkan jiwa kewirausahaan, menghargai orang lain, membantu orang lain dan mengangkat potensi lokal yang kita miliki serta melestarikan nilai budaya “gotong royong”. Pertumbuhan koperasi yang sangat pesat (7,44%) pertahun menandakan bahwa koperasi semakin menciptakan lapangan kerja dan mencetak sumber daya manusi yang handal.

Setujukah anda bila sebagai wujud peduli terhadap ekonomi rakyat, setiap pejabat tinggi negara, pejabat pusat dan setingkatnya, pejabat daerah dan setingkatnya, tokoh-tokoh politik menaruh modalnya sebagai modal penyertaan pada salah satu koperasi atau UKM ?

Tags: Add new tag

tugas individu bahasa indonesia

1). KA Bandung - Malang Ditargetkan Beroperasi 2010
Laporan wartawan KOMPAS Gregorius Magnus Finesso
Sabtu, 20 Februari 2010 | 10:50 WIB

www.TPGImages
TERKAIT:
• Jalur KA Lahat-Tebing Tinggi Masih Putus
• Sumut Miliki Dua Kereta Komuter
• Perjalanan dengan Kereta Api Medan-Belawan Hanya 45 Menit

BANDUNG, KOMPAS. com - PT Kereta Api menargetkan pengoperasian rute Bandung -Malang (Jawa Timur) terealisasi tahun 2010. Saat ini, sedang dilakukan kajian terhadap potensi pasar hingga alternatif rute perjalanan. Diharapkan, okupansi kereta yang melayani rute tersebut bisa melebihi 50 persen.

Vice President Public Relations PT KA Adi Suryatmini , Sabtu (20/2) di Bandung mengaku, tidak ingin terlalu cepat mengambil keputusan. "Jika tidak berdasarkan riset yang maksimal, kami khawatir kejadiannya seperti Priangan Ekspress (Jakarta-Bandung-Banjar ) yang harus dibatalkan meskipun operasionalnya baru beberapa bulan, " katanya.

Kajian dan survei yang dilakukan untuk mengumpulkan data jumlah calon pengguna KA Bandung-Malang, termasuk daya belinya sehingga bisa lebih tepat menentukan jenis kereta yang akan digunakan. Hanya saja, Adi memerkirakan, jenis kereta yang paling potensial dioperasikan pada rute ini yakni kelas bisnis.

Jika kajian dan survei tersebut menunjukkan hasil bagus, PT KA akan menggunakan armada yang belum termanfaatkan, seperti misalnya rangkaian Parahyangan. "Jadi kami tidak harus menggunakan kereta baru untuk membuka rute ini, supaya aset yang idle (tidak terpakai) bisa dioptimalkan, " ujarnya .

Waktu tempuh rute Bandung-Malang diperkirakan 12 jam. Sejauh ini, memang sudah cukup banyak permintaan masyarakat yang menghendaki PT KA membuka jalur Bandung-Malang.

Direktur Operasional PT KA Bambang Irawan mengatakan, pihaknya juga masih mengkaji lebih dalam tentang jalur yang akan dilintasi KA Bandung-Malang karena bisa menggunakan dua alternatif, yakni lintas utara dan selatan. Hal itu akan tergantung minat masyarakat dari stasiun-stasiun yang terlewati serta waktu tempuhnya .

1. (argumentasi) Jika kajian dan survei tersebut menunjukkan hasil bagus, PT KA akan menggunakan armada yang belum termanfaatkan, seperti misalnya rangkaian Parahyangan. "Jadi kami tidak harus menggunakan kereta baru untuk membuka rute ini, supaya aset yang idle (tidak terpakai) bisa dioptimalkan, " ujarnya .
2. (penalara) Vice President Public Relations PT KA Adi Suryatmini , Sabtu (20/2) di Bandung mengaku, tidak ingin terlalu cepat mengambil keputusan. "Jika tidak berdasarkan riset yang maksimal, kami khawatir kejadiannya seperti Priangan Ekspress (Jakarta-Bandung-Banjar ) yang harus dibatalkan meskipun operasionalnya baru beberapa bulan, " katanya.

prilaku konsumen

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.

Bentuk-bentuk Gaya Hidup
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain :
a. Industri Gaya Hidup
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, "estetisisasi kehidupan sehari-hari" dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. "Kamu bergaya maka kamu ada!" adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.
b. Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.
c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran "aksesori fashion". Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity)-cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
e. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
a.Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b.Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c.Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d.Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
d. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.



DAFTAR PUSTAKA
Hall,S.1985.Development Processes in Early education.London:Rount Ledge&Keggn Paul.

Nugraheni,P.N.A.2003. Perbedaan Kecenderungan gaya Hidup Hedonis Pada Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal. Skripsi (tidak diterbitkan).

Perdana, D. 2004. Dugem:Ekspresi Cinta, Seks, dan Jati diri.Yogyakarta :Diva Press

Piliang, Y.A.2005. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Yogyakarta : Jalasutra.

Plummer,R. 1983.Life Span Development Psychology:Personality and Socialization.New York:Academic Press.

Sakinah.2002.Media Muslim Muda.Solo.Elfata.

Sarwono,S.W.1989.Psikologi Remaja.Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Subandy,Idi. 1997.Ecstasy Gaya Hidup.Bandung : Penerbit Mizan

Susanto,A.B. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis.Jakarta. Penerbit Buku Kompas.


Values and Lifestyles Program.1989.Descriptive Materials for the VALS 2 Segmentation.Menlo Park, California: SRI International